MENCINTAI SANG PEMILIK CINTA
(Oleh : Aa’ Ibnu Rimba)
Kayaknya udah jadi ‘kesepakatan' umum kalo cinta itu bisa
membuat hidup lebih hidup. Karena cinta konon kabarnya mengandung segala
perasaan indah tentang kebahagiaan ( happiness ), menyenangkan ( comfort
), kepercayaan ( trust ), persahabatan ( friendship ), dan
kasih-sayang ( affection ).
Menurut R. Graves dalam The Finding of Love , cinta
adalah sesuatu yang dapat mengubah segalanya sehingga terlihat indah.
Jalaluddin Rumi juga pernah bersyair: “Karena cinta, duri menjadi mawar.
Karena cinta, cuka menjelma anggur segar...”. Itu sebabnya, nggak usah
heran kalo naluri mencintai akan mendorong manusia untuk memenuhi keinginan
cintanya itu. Orang yang jatuh cinta akan melakukan apa saja untuk menarik perhatian
orang yang ia cintai (itu karena terlihat indah kali ye?).
Kalo udah cinta, kata Gombloh, maaf nih, tahi kucing rasa
coklat! (idih, itu sih indera perasanya udah error kali ya?). Ehm, tapi nggak
salah juga. Ini sekadar idiom kok. Karena cinta seringkali buta. Why? Kalo VMJ
alias Virus Merah Jambu udah menginfeksi hati kita, perasaannya kok inget terus
sama si dia, pengennya ketemu terus, rindu terus ingin ngobrol, seharian nggak
kirim SMS aja rasanya sakauw berat, pokoknya meski jauh jaraknya bukan halangan
untuk komunikasi. Ehm, untuk menggambarkan itu seorang teman nulis puisi di
internet : “walau jarak kita bagai Matahari dan Pluto saat
aphelium/amplitudo gelombang hatimu berinterfensi dengan hatiku” Huhuy!
Seorang teman lain pernah bercerita bahwa ia tak sanggup
untuk melupakan calonnya. Rasanya udah deket aja sambil merenda bahagia membina rumah tangga idaman.
Kebetulan sang calon jauh di negeri orang dan komunikasi cuma bisa via jaringan
internet. Eh, itu sih namanya meski jauh di mata, tapi dekat di Yahoo!
Messenger (apalagi kalo pake webcam hehehe..)
Cinta bisa juga tak pandang bulu
(karena yang benar mungkin pandang tak jemu kali ye? Ehm...). Tak pandang bulu
bisa berarti kita mencintai siapa saja, dan dari kalangan mana saja. Nggak
pilih-pilih. Karena semua berhak mendapatkan cinta. Namun jangan salah, meski
cinta tak pandang bulu, tapi bukan berarti juga kita dibutakan oleh cinta. Iya
dong, kalo bayang si dia terlanjur lekat di hati, biasanya segala kesalahan dan
kekurangannya cenderung kita abaikan. Waduh, berbahaya banget tuh. Padahal kata
Ibnu Mas'ud ra, “Apabila kamu merasa kagum dengan seorang wanita, ingatlah
kejelekankejelekannya!”
Duh.. kejam amat ya? Ah, nggak juga,
karena manusia seringkali berubah-ubah dalam bersikap. Itu harus kita sadari
juga. Bukan tak mungkin kan suatu saat orang yang kita cintai karena kita kagum
akan kepandaiannya, karena kesholehannya, dan juga perangainya yang baik, suatu
saat akan berbalik 180 derajat. Jadi, nggak usah rela dibutakan cinta. Artinya,
sikapi aja dengan wajar sisi-sisi kemanusiannya yang lain selain sisi yang
membuatmu kagum setengah hidup. Itulah pesan yang dikirimkan Ibnu Mas'ud kepada
mereka yang sedang jatuh cinta. Betul?
Sobat muda muslim, paparan di atas
sebagai fakta aja, bahwa energi cinta bisa membuat ‘penderitanya'
berbunga-bunga, bahkan sering tanpa bisa membedakan mana cinta dan mana nafsu.
Gawat kan? Nah, sekarang coba kita bandingan kecintaan kita kepada Allah Swt,
Sang Pemilik Cinta. Jika memang sama-sama cinta, harusnya kan sama ya? Artinya,
kecintaan kita kepada Allah pun akan mirip gejalanya dengan cinta kita kepada
sesama makhlukNya. Meski tentu saja, mencintai Allah jauh lebih besar manfaat
dan pahalanya. Karena Allah adalah Pemilik Cinta, dan sekaligus Pemberi Cinta
kepada kita-kita sebagai makhlukNya.
Bahkan Allah sudah memberikan sinyal
kuat kepada kita dalam sebuah hadis Qudsy: “Kalau hambaKu mendekat
sejengkal, Kusambut ia sehasta. Kalau ia mendekat sehasta, Kusambut ia sedepa.
Kalau hambaKu datang padaKu berjalan, Kusambut ia dengan berlari…”
Duh, betapa begitu besar cinta Allah
kepada kita, hambaNya. Tidakkah ini membuat cinta kita lebih besar lagi kepada
Allah Swt.? Hmm…rasanya kita perlu berlari untuk mendekat kepadaNya. Subhanallah
.
‘Mencuri' perhatian Allah
Kalo dengan sang inceran kita biasa
nyari-nyari perhatian, bisa curi pandang kalo kebetulan si dia ada di kelas,
kenapa dengan Allah tidak bisa? Kalo dengan si dia yang udah mencairkan dinding
es yang selama ini kita bangun, kita bisa begitu getol menjaga penampilan agar
ia tetap merasa betah melihat kita, kenapa dengan Allah tidak bisa? Ah, rasanya
nggak adil deh kalo njomplang begitu.
Memang sih, Allah Mahatahu apa yang
kita lakuin, nggak perlu mencuri perhatianNya pun Allah tahu apa maksud kita.
Ini sekadar ungkapan aja kalo kita pun bisa membuat Allah bahagia dengan apa
yang kita perbuat. Aktivitas mulia penuh pahala dan taat syariatNya, udah cukup
menarik perhatian Allah kepada kita untuk lebih sayang dan cinta kepada kita.
Sobat muda muslim, kalo mau jujur, kita
jarang banget mencuri perhatian Allah. Kalo benar kita cinta kepadaNya,
seharusnya memang kita sering mencuri perhatianNya agar Dia suka kepada kita.
Sebagaimana halnya kalo kita sering CPCP alias curi pandang cari perhatian
dengan orang yang kita incer abis-abisan. Harapannya, tentu ketika beradu
pandang atau ketika dia melihat penampilan dari pesona yang kita miliki bisa
jatuh hati. Ya, ibarat memasang ranjau deh. Ehm, ati-ati aja kena batunya.
Oya, pernah nggak kamu pdkt alias
pendekatan sama seseorang yang mampu melelehkan hatimu? Hmm… deg-degan juga
kan? Khawatir pendekatan kita nggak sempurna dan gagal mencuri perhatiannya.
Segala daya dan upaya kita jajal, sambil berharap ia berpaling kepada kita.
Asyik juga ya?
Nah, bagaimana jika kita pdkt juga
kepada Allah? Rasa-rasanya pasti
lebih seru. Bener lho, orang yang melakukan pdkt jelas karena ada yang
diharapkan dari yang sedang didekati. Kita bisa mencoba deketan sama inceran,
karena kita udah kadung jatuh hati karena pesonanya. Jadi, cinta juga memang
memerlukan sebab, “kenapa jatuh cinta?”.
Sebaliknya, kalo sebab yang membuat
kita cinta itu lenyap, maka kita nggak bakalan lagi jatuh cinta. Ibnul Qayyim
menuliskan sebuah kaidah sederhana dalam kitab cinta yang sangat populer, Raudhah
al-Muhibbin wa Nuzhah al-Musytaqin, “Cinta akan lenyap dengan lenyapnya
sebab…”
Sobat muda muslim, pertanyaannya
sekarang, “Apakah ada sebab untuk mencintai Allah, sehingga kita perlu mencari
perhatianNya?” Ehm, alasannya tentu ada dong sayang. Wong kepada makhlukNya aja
kita bisa jatuh hati dan cinta setengah mati hanya karena melihat pesona yang
dimiliknya. Entah gaya bicaranya, entah itu wajahnya, bisa juga karena
kepintarannya, termasuk perangainya, pun karena bentuk fisik yang membuatmu
jatuh cinta. Bener nggak seh?
Nah, harus diakui bahwa Allah punya
banyak pesona yang itu layak kita kagumi dan membuat kita lebih mencintaiNya,
dan punya alasan bagi kita untuk bisa mencuri perhatainNya. Alasan
sederhananya, karena Allah adalah pencipta semesta alam dan seluruh isinya,
termasuk kita. Hmm… sangat elok tentunya kalo kita mencintaiNya.
Bukan apa-apa, kalo kita sering kagum
dan jatuh cinta dengan seseorang yang cerdas, maka Allah lebih harus kita
kagumi dan cintai karena Dia yang menganugerahkan kecerdasan kepada orang yang
kita anggap cerdas. Begitu pun kalo kita mengagumi seseorang yang punya wajah
yang menggetarkan nurani kita, maka seharusnya kita berpikir lebih jauh, bahwa
Allah layak lebih kita cintai karena Dia telah menciptakan orang yang kita
anggap punya wajah yang enak dipandang mata itu.
Menjadi kekasih Allah
Seorang tetangga pernah bilang kalo
anaknya itu penurut, rajin, cinta dan berbakti kepada ortunya sepenuh hati.
Sang tetangga tersebut karuan aja seneng bukan kepalang. Karena memang nikmat
banget dicintai, dihargai, dan dihormati itu. Iya nggak?
Nah, apalagi Allah. Kalo ortu kita bisa
cemburu gara-gara kita lebih percaya dan mengikuti pendapat orang lain, Allah
tentunya lebih ‘cemburu' lagi kalo kita nggak mau mengamalkan syariatNya.
Rasulullah saw. bersabda: “Wahai umat Muhammad. Demi Allah saat hamba
laki-laki berzina, dan saat hamba perempuan berzina, tidak ada yang lebih
cemburu daripada Allah…” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam kisah yang sering kita dengar dan
baca, Nabi Ibrahim begitu mencintai putranya. Luapan cinta yang tak tertahankan
kepada putranya yang setelah puluhan tahun didambakannya. Ismail menjadi muara
kehidupan bagi Nabi Ibrahim. Namun, Allah menguji cintanya dengan menurunkan
perintah untuk mengurbankan anaknya. Aduh, hati orang tua mana yang nggak remuk
kalo perintahnya seperti ini. Tapi, Nabi Ibrahim berhasil lulus ujian tersebut.
Terbukti ia lebih mencintai Allah dengan menjalankan perintahNya ketimbang
mencintai anak dan keluarganya. Nabi Ibrahim ikhlas melakukannya. Subhanallah
.
Cinta kepada Allah itu mutlak, tiada
sekutu bagiNya. FirmanNya:
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia” (QS ali Imaran [3]: 18)
Bahkan Allah memberi cap kafir kepada
orang-orang yang menolak untuk menyembahNya. Allah berfirman:
“Katakanlah: ‘Ta`atilah Allah dan
RasulNya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang kafir'.” (QS ali Imran [3]: 32)
Menjadi kekasih itu butuh pengorbanan.
Tentu, agar cinta yang kita berikan kepada kekasih kita bermakna. Itu sebabnya,
mencintai Allah pun memerlukan pengorbanan. Seorang tokoh sufi bernama Bayazid
Bustami mengatakan: “Cinta adalah melepaskan apa yang dimiliki seseorang kepada
Kekasih (Allah) meskipun ia besar; dan menganggap besar apa yang diperoleh
kekasih, meskipun itu sedikit.”.
Itu sebabnya, jangan heran kalo
Rasulullah saw. berani menolak permintaan para gembong kafir Quraisy untuk
menghentikan dakwahnya. Dengan kobaran cintanya yang menyala-nyala pada Allah
Swt., Muhammad saw. mengatakan kepada pamannya: “Wahai pamanku, demi Allah
seandainya matahari mereka letakkan di tangan kananku dan rembulan di tangan
kiriku supaya aku berhenti meninggalkan tugasku ini, maka aku tidak mungkin
meninggalkannya sampai agama Allah menang atau aku yang binasa”. Duh, hebat
banget semangatnya.
Selain berkorban, mereka yang mencintai
Allah selalu bersyukur dan menerima terhadap apa-apa yang di berikan Allah.
Bahkan ia akan selalu ridha terhadap Allah walaupun cobaan berat menimpanya.
Dan jujur saja, kalo kita sedang jatuh
cinta, menyebut namanya saja ada gejolak hebat di hati kita. Maka, jika Allah
kita cintai, rasanya pantas jika kita pun bergetar menyebut namaNya. Firman
Allah Swt.: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang
apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada
mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah
mereka bertawakkal,” (QS al-Anfaal [8]: 2)
Sobat muda muslim, yuk kita cintai
Allah dengan sepenuh hati. Tunjukkan cinta kita kepadaNya dengan mentaati
seluruh syariatNya. Amalnya
perintahNya, jauhi laranganNya. Insya Allah kita bisa kok. Yakin sajalah. Wallahu'alam bishshowwab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar