Ghibah Pasangan di Facebook
Oleh: Muhammad Harist Al-Muhasibiy (Ibnu Rimba
Abifiyah)
Ikhwan wa Akhwat
Fillah Rakhimakhumullahu,
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwasanya penemuan
teknologi informatika memberikan dampak ganda dimana ibarat dua mata uang yang akan
selalu tetap hadir diantara dua sisinya. Tak terkecuali dengan teknologi Informatika
yang telah membawa berkah dan manfaat yang tak terhingga bagi umat manusia.
Berkat kecanggihan teknologi tersebut, kita bisa berbincang-bincang "face
to face" dengan orang yang ada di benua lain. Kita juga bisa bepergian ke
sebuah tempat yang jaraknya ribuan mil, hanya dalam waktu yang relatif sangat
singkat.
Namun pada sisi lainnya, teknologi Informatika
ternyata bisa juga menjadi perangkap bagi umat manusia dan berpengaruh negatif
bagi keberlansungan suatu komunikasi. Salah satu contoh teknologi Informatika
yang paling dekat dengan kita adalah Jembatan Jejaring Sosial seperti Facebook
dan sebagainya. Tanpa kita sadari setiap aktivitas kita tidak luput dari
keberadaan untuk bisa berkomunikasi lewat jejaring sosial. Mulai dari membuat
status, menambahkan pertemanan, memperlihatkan photo pribadi/saudara yang tanpa
menutupi aurat bahkan sampai kepada intensitas chatting, semua itu dilakukan
dalam Jejaring Sosial. Pemanfaatan Jejaring Sosial tersebut apabila hanya
dilakukan sebatas memberikan informasi yang bersifat umum dan dapat
dipertanggung jawabkan tentu tidak terlalu bermasalah baik terhadap dirinya
maupun orang lain. Akan tetapi apabila Jejaring Sosial tersebut juga digunakan
untuk memberikan kepada orang lain akses informasi terhadap hal yang Khusus
tentu ini harus menjadi fokus perhatian yang akan dibicarakan.
Setiap hari, tanpa kita sadari, kita ternyata telah
merajut jalan menuju neraka melalui Facebook. Tidak percaya? Mari kita lihat
status-status yang pernah kita tulis. Apakah dalam status-status tersebut kita
pernah menyakiti orang lain, pernah membicarakan aib orang lain? Apakah dalam
status-status tersebut kita pernah riya, memamerkan ibadah atau sesuatu yang kita
miliki kepada orang lain? Jika iya, maka itu berarti kita telah merajut jalan
ke neraka, membangun rumah di dalamnya.
Yang lebih ironis lagi, kita sering menemukan
status-status yang sebenarnya sangat pribadi dan tidak boleh diceritakan kepada
orang lain. Contohnya adalah status yang berkaitan dengan problem rumah tangga.
Ketika ada masalah dengan suami, misalnya, seorang istri terkadang langsung
curhat melalui Facebook. Bahkan ada yang sampai bertengkar di Facebook.
Padahal Islam secara tegas telah memperintahkan agar
kita selalu menutupi aib orang lain, termasuk aib pasangan kita.
Allah Swt. telah berfirman, "…mereka (istri)
adalah pakaian bagimu, dan kamu pun (suami) adalah pakaian bagi mereka."
(Qs. al-Baqarah: 187)
Dalam ayat ini Allah menyatakan bahwa suami adalah
pakaian bagi istrinya, sementara istri adalah pakaian bagi suaminya. Artinya,
masing-masing pihak (suami atau istri) harus berusaha menutupi aib pasangannya
dan tidak mengungkapkannya kepada orang lain, termasuk keluarga sendiri. Karena
fungsi dari pakaian adalah untuk menutupi aurat (aib).
Di sisi lain, pakaian juga berfungsi sebagai perhiasan
bagi yang memakainya. Untuk itu, seorang suami atau istri hendaknya juga
menjadi penghias bagi pasangannya. Caranya adalah dengan menampakkan atau
menceritakan hal-hal yang indah dari keluarganya atau pasangannya, dan bukan
sebaliknya.
Ikhwan wa Akhwat
Fillah Rakhimakhumullahu,
Manusia
hakikatnya tidak ada yang sempurna. Begitupun dalam keseharian dalam berumahtangga,
pastilah banyak kekurangan disana sini. Ketika seseorang telah menikah, maka
isteri dan suami telah menjadi satu bagian. Mereka bagaikan pakaian bagi satu
sama lain. Dan fungsi utama pakaian adalah menutup aurat. Artinya,
masing-masing suami istri harus berusaha menutupi aib pasangannya, dan pantang
mengungkapkannya kepada orang lain, meski keluarga sendiri.
yang kita jumpai realita
menyedihkan diatas dimana masih banyak suami/Istri yang bergunjing membicarakan
aib cacat atau cela yg ada pada pasangan mereka tanpa sungkan dan canggung.
Pernahkah kita sejenak
mengingat pesan Rasulullah SAW, berikut ini, “Dari Abu Sa’id al-Kudriy, IA
berkata, Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya
manusia yang paling jelek kedudukannya di Hari kiamat adalah seorang laki-laki
(suami) yang bercampur (bersetubuh) dengan isterinya, kemudian membeberkan
rahasia (isteri)-nya tersebut .” (HR. Muslim)
Manusia penuh dengan
kekhilafan, begitupun pasangan kita. Sebaik-baiknya manusia, pastilah mempunyai
kekurangan, aib, cacat dan cela. Akan lebih baik jika kita menyimpan rapat
rapat semua itu, dan menyibukkan diri untuk memeriksa dan menghitung dan
memperbaiki aib kita sendiri. Insyaallahu hal itu sudah menghabiskan waktu
tanpa sempat memikirkan dan mencari tahu apalagi membeberkan kekurangannya.
Lagi pula orang yang suka mencari-cari kesalahan orang lain untuk dikupas dan
dibicarakan atau diceritakan di hadapan manusia lainnya maka Allah Subhanahu wa
Ta’ala akan membalas dengan membuka aib nya kelak di hari saat hisab tiba .
Dengan demikian sudah menjadi
keharusan bagi tiap pasangan untuk senantiasa menjaga apa yang menjadi aib pada
rumah tangganya sendiri, terlebih lagi apabila aib tersebut dibicarakan dalam
Jejaring Sosial, jika dirasakan perkara/masalah yang terdapat dalam Rumah
Tangganya memang tidak dapat diselesaikan secara pribadi, maka yang layak
dimintai bantuan untuk menyelesaikannya adalah Keluarga dalam hal ini orang
tuanya dan orang yang berilmu.
Wallahu “alam bi Asshawab.