FREE SEX, IDU and HIV
(Oleh : Aa’ Harits)
‘Say No to Free Sex and Drugs’. Tulisan poster itu mendominasi perayaan
Hari AIDS di seluruh dunia tanggal 1 Desember kemaren. Perayaan tahunan ini
ngingetin kita akan bahaya Human Immunodeficiency Virus (HIV). Suatu
virus yang menyerang sel darah putih manusia dan menyebabkan menurunnya
kekebalan/ daya tahan tubuh, sehingga mudah terserang infeksi/penyakit. Kalo
udah parah, tubuh penderita bakal menjadi sarang berbagai penyakit yang tak
kunjung sembuh. Kondisi inilah yang disebut AIDS alias Acquired
Immunodeficiency Syndrome.
Sejak pertama kali dikenali tahun
1981, HIV udah ngabisin kontrak hidup lebih dari 25 juta orang
pengidapnya. Kini, pengidapnya sudah melebihi 40 juta orang. Hal tersebut
terungkap dalam laporan terakhir epidemi HIV/AIDS PBB yang disiarkan di New
Delhi, India, Senin (21/11). (Metrotvnews.com, 21/11/05). Sementara di
Indonesia, Jumlah pengidap HIV/AIDS mencapai angka 8.251 orang.
Data itu berdasarkan hasil laporan
Departemen Kesehatan per tanggal 31 September 2005. Dengan angka ini Indonesia
menempati urutan ketiga sebagai negara pengidap HIV/AIDS terbesar di Asia
setelah Cina dan Vietnam. (Indosiar.com, 08/11/05). Ini yang terdata lho. Yang belon terdata,
mungkin lebih banyak lagi. Gawat!
HIV menular melalui cairan tubuh
seperti darah, air mani, cairan vagina, atau air susu ibu. Ini artinya,
perilaku seks bebas, penggunaan jarum suntik yang nggak steril di kalangan
pecandu narkoba (IDU), transfusi darah, atau wanita hamil yang terjangkit HIV berisiko
memberikan tongkat estafet mewabahnya HIV. Di antara perilaku yang memancing
kehadiran HIV ini, Injection Drug Use (IDU) memimpin klasemen.
Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN),
per 30 September 2005 dari 32 provinsi ada sekitar 600 ribu orang Indonesia
terjangkit HIV/AIDS. Di Papua, penyebaran HIV melalui narkoba, jumlahnya
mencapai 14 ribu atau 30 % dari total kasus. Di Pontianak, 70 % dari total kasus, dimana
3/4 dari mereka adalah pengguna narkoba. Di Bali 53 % dari pengguna
narkoba suntik positif HIV. Dan di DKI Jakarta 48 persen pengguna narkoba
suntik positif HIV.
HIV/AIDS itu belum ada obatnya
Sobat, meski para ilmuwan udah banyak ngabisin waktu untuk nyari penangkal HIV, ternyata hasilnya masih nihil. Berbagai tes klinis menunjukkan mayoritas pasien yang telah menerima vaksin pun, tetap menunjukkan gejala AIDS. Para ilmuwan menduga bahwa HIV mempunyai kemampuan untuk terus-menerus memutasikan dirinya sehingga antibodi yang sudah terbentuk tidak dapat mengenalinya lagi dan infeksi berlangsung terus tanpa bisa dihentikan (Chemistry.org). ‘cerdas’ juga ya?
Sobat, meski para ilmuwan udah banyak ngabisin waktu untuk nyari penangkal HIV, ternyata hasilnya masih nihil. Berbagai tes klinis menunjukkan mayoritas pasien yang telah menerima vaksin pun, tetap menunjukkan gejala AIDS. Para ilmuwan menduga bahwa HIV mempunyai kemampuan untuk terus-menerus memutasikan dirinya sehingga antibodi yang sudah terbentuk tidak dapat mengenalinya lagi dan infeksi berlangsung terus tanpa bisa dihentikan (Chemistry.org). ‘cerdas’ juga ya?
Kalo kita pikir, boleh jadi kemunculan
virus HIV yang ‘cerdas’ dan mematikan ini sebagai peringatan dari Allah Swt.
kepada para pelaku seks bebas, penyimpangan seks, atau pemakaian narkoba. Juga kepada masyarakat dan negara yang
cuek dengan kemaksiatan ini. Catet tuh!
Perilaku seks bebas yang lahir dari
gaya hidup permisif alias serba boleh ini kian menjamur seiring masuknya
budaya sekular-Barat ke negeri-negeri Muslim. Melalui jalan masuk kecanggihan
teknologi dalam tv kabel dan internet, setiap orang dengan mudah mengakses
segala info tentang seks. Nggak cuma teori, tapi merambah sampe tontonan yang dijadikan tuntunan.
Walah!
Parahnya, kondisi yang memancing hasrat
seksual ini seperti kurang mendapat perhatian serius dari pemerintah. Kemampuan
negara untuk menyensor tayangan pornografi dan porno aksi yang beredar di
televisi seolah tumpul di hadapan kebebasan pers yang diusung media massa.
Penjualan atau penyewaan vcd/dvd porno tak pernah tuntas diberantas. Bahkan
prostitusi yang udah jelas-jelas jadi penyakit masyarakat, dilegalkan dengan
pemberian tempat lokalisasi. Kalo udah gini, sama aja ngasih dukungan bagi HIV
untuk berkembang biak dari satu raga ke raga lainnya. Menyedihkan?
Lebih menyedihkan lagi jika penularan
virus mematikan ini menghampiri korban yang tidak berisiko menjadi pengidap
seperti bayi dan pasien transfusi darah. Lantaran sang ibu atau kantung
darahnya telah terinfeksi HIV. Juga kemunculan anak-anak yatim-piatu yang ditinggal
mati orangtuanya akibat AIDS. Masa’ sih kondisi ini akan terus dibiarkan?
Wajib dihentikan
Pasti. Penyebaran HIV emang kudu kita stop. Banyak cara dilakukan orang-orang yang peduli untuk menghentikan laju wabah HIV. Seperti kampanye safe sex yang pernah dipopulerkan mendiang Harry Roesli melalui iklan layanan masyarakat. “Kenakan kondom atau kena!”. Ketika budaya seks bebas sulit dikendalikan, penggunaan kondom dijadikan andalan. Sehingga karet pengaman ini dengan mudah diperoleh di warung-warung. Malah ada penemuan yang menghadirkan mesin penyedia karet KB ini layaknya sebuah ATM yang ditempatkan di mal atau pusat perbelanjaan. Tapi benarkah alat pengaman ini bener-bener aman?
Pasti. Penyebaran HIV emang kudu kita stop. Banyak cara dilakukan orang-orang yang peduli untuk menghentikan laju wabah HIV. Seperti kampanye safe sex yang pernah dipopulerkan mendiang Harry Roesli melalui iklan layanan masyarakat. “Kenakan kondom atau kena!”. Ketika budaya seks bebas sulit dikendalikan, penggunaan kondom dijadikan andalan. Sehingga karet pengaman ini dengan mudah diperoleh di warung-warung. Malah ada penemuan yang menghadirkan mesin penyedia karet KB ini layaknya sebuah ATM yang ditempatkan di mal atau pusat perbelanjaan. Tapi benarkah alat pengaman ini bener-bener aman?
Dalam konferensi AIDS Asia Pacific di
Chiang Mai, Thailand (1995) dilaporkan bahwa penggunaan kondom aman tidaklah
benar. Disebutkan bahwa pada kondom (yang terbuat dari bahan latex) terdapat
pori-pori dengan diameter 1/60 mikron dalam keadaan tidak meregang, sedangkan
bila dalam keadaan meregang lebarnya pori-pori tersebut mencapai 10 kali.
Sementara kecilnya virus HIV berdiameter 1/250 mikron. Dengan demikian jelas
bahwa virus HIV dapat dengan leluasa menembus pori-pori kondom. Masa’ saringan
pasir dipake buat nyaring beras? Hehehe...
Makanya kampanye safe sex with
condom nggak akan pernah bisa menahan laju penyebaran HIV. Malah mungkin
makin mempercepat. Soalnya para pelaku seks bebas ngerasa aman sehingga berani
gonta-ganti pasangan (padahal mah boro-boro aman. Udahk kena HIV, dosa lagi. double
tekor tuh!).
Pakar AIDS, R, Smith (1995), setelah
bertahun-tahun mengikuti ancaman AIDS dan penggunaan kondom, mengecam mereka
yang telah menyebarkan safe sex dengan cara menggunakan kondom sebagai
“sama saja dengan mengundang kematian”. Selanjutnya beliau mengetengahkan
pendapat agar risiko penularan/penyebaran HIV/AIDS diberantas dengan cara
menghindari hubungan seksual di luar nikah (Republika, 12 November 1995).
Tuh kan? Jadi jangan termasuk mitos ye.
Cara lain yang modelnya kurang lebih
sama adalah penerapan metode harm reduction di berbagai kantong pengguna
narkoba. Metode harm reduction dalam jangka pendek berupaya mengurangi
dampak buruk penularan HIV lewat penggunaan jarum suntik yang tidak steril.
Caranya dengan menyuruh pengguna narkoba untuk tidak bergantian menggunakan
jarum suntik yang sama, menyediakan jarum suntik steril, atau mengajari
pengguna narkoba mensterilkan jarum suntik. Dalam jangka panjang, harm
reduction memberikan penyuluhan dan berbagai upaya peningkatan life
skill agar pemakaian narkoba berhenti. (Kompas, 19/05/05). Ah, yang
benar aja neh?
Sobat, dua model kampanye di atas
merupakan ciri khas masyarakat kapitalis yang kian frustasi ngadepin wabah HIV.
Demi mengurangi risiko terinfeksi HIV, mereka tega ngebiarin orang tetep
terjerumus. Padahal seks bebas juga berisiko menyebarkan Penyakit Menular
Seksual (PMS). Dan pengguna narkoba bisa OD dan madesu alias masa depan
suram.
Kalo kita mau berpikir lebih jernih,
tentu bukan toleransi terhadap seks bebas atau penggunaan narkoba yang
dikampanyekan sebagai wujud kepedulian terhadap HIV/AIDS. Melainkan mendesak
pemerintah agar melarang dengan tegas segala bentuk seks bebas, penyimpangan
seks, dan narkoba serta mengkondisikan masyarakat agar dapat menjauhi perilaku
maksiat itu. Dan satu lagi yang nggak boleh lupa, terapkan hukum Islam oleh
negara. Akur dong? Pasti!
Kiat Islam menggasak HIV/AIDS
Sobat muda muslim, masyarakat mungkin frustasi ngadepin HIV yang tetep mewabah. Tapi kita selaku muslim, justru kudu optimis kalo Islam pasti punya jalan keluarnya. Pada masa Rasulullah saw., pernah ada satu daerah yang terjangkiti wabah penyakit tha’un (sejenis kolera.). Penyakit ini dengan mudah dan cepat menular kepada yang lainnya. Mendengar berita ini Rasulullah saw bersabda: “Jika kamu mendengar waba’ (tha’un) sedang berjangkit di suatu tempat, maka jangan kamu masuk ke tempat itu. Dan jika berjangkit dalam negeri yang kamu sedang berada di dalamnya, maka jangan kamu keluar daripadanya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Sobat muda muslim, masyarakat mungkin frustasi ngadepin HIV yang tetep mewabah. Tapi kita selaku muslim, justru kudu optimis kalo Islam pasti punya jalan keluarnya. Pada masa Rasulullah saw., pernah ada satu daerah yang terjangkiti wabah penyakit tha’un (sejenis kolera.). Penyakit ini dengan mudah dan cepat menular kepada yang lainnya. Mendengar berita ini Rasulullah saw bersabda: “Jika kamu mendengar waba’ (tha’un) sedang berjangkit di suatu tempat, maka jangan kamu masuk ke tempat itu. Dan jika berjangkit dalam negeri yang kamu sedang berada di dalamnya, maka jangan kamu keluar daripadanya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan pada kita upaya
yang bisa dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit menular ke orang lain.
Sepertinya upaya ini juga bisa dipake untuk kasus HIV/AIDS. Ada baiknya jika
pengidap HIV/AIDS dikumpulkan pada satu daerah dengan kelengkapan fasilitas
untuk memenuhi kebutuhan hidup yang memadai.
Meski terkesan agak ‘kejam’ dengan
mengisolasi para ODHA bukan berarti mereka dikucilkan lho. Karena penyebaran
virus HIV ini tidak melalui udara, jabatan tangan, atau sekeaar ngobrol, boleh
jadi mereka tetep bisa sosialisasi dengan yang lain di luar komunitasnya.
Negara tetep memenuhi kebutuhan hidup mereka seperti yang lain. Hanya saja,
dengan dikumpulkan di satu daerah, tentu penyebaran HIV akan lebih mudah
terawasi oleh pemerintah. Sehingga diharapkan wabah HIV bisa lebih cepat
ditangani oleh negara.
Bagi yang belum terinfeksi, tentu
negara bakal gencar mensosialisasikan informasi seputar HIV/AIDS, bahayanya,
dan cara menghindarinya. Selain itu, negara juga kudu turun tangan untuk
ngebenahin kondisi yang bisa memancing orang ngeseks bebas dan make narkoba.
Dengan menutup semua lokalisasi/pub/diskotik, mencekal tayangan erotis di
televisi dan bioskop, dan pemberantasan narkoba tanpa kecuali. Ditambah
pemberlakukan hukuman jilid (cambuk) atau rajam bagi pelaku seks
bebas. Juga jilid plus penjara bagi bandar, penjual, pengedar, peracik,
atau pengguna narkoba.
Semua langkah-langkah di atas akan
terlaksana sesuai harapan kita kalo negara mau nerapin hukum Islam secara
menyeluruh. Seperti diperintahkan Allah swt dan dicontohkan Rasulullah saw.
Tapi kan negara kita sekarang bukan negara Islam?
Itulah masalahnya. Ketika hukum Islam
dicuekin oleh negara, nggak sedikit rakyatnya yang ikut-ikutan cuek. Akibatnya,
kesengsaraan hidup seperti penyebaran HIV/AIDS bakal diperoleh. Padahal Allah
udah ngingetin dalam firmanNya:
“Siapa saja yang mengikut petunjukKu, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Siapa saja yang berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.” (QS Thaahaa [20]: 123-124)
“Siapa saja yang mengikut petunjukKu, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Siapa saja yang berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.” (QS Thaahaa [20]: 123-124)
Untuk itu, mari
kita sama-sama suarakan kebenaran Islam di tengah masyarakat. Kita desak negara agak mau pake sistem
Islam untuk ngatur rakyatnya. Kita bongkar kebusukan sistem kapitalisme yang
selama ini mengatur hidup kita. Kita lawan produk-produk sistem ini yang
mengajak masyarakat untuk hidup sekuler, serba boleh (permissif) dalam berbuat
demi meraih keuntungan, gaya hidup hedonis, atau memuja materi dan kesenangan
dunia. Dan kita perdalam Islam dengan ikut ngaji. So, tunggu apalagi. Safe Our Live With Islam!
Info Penulis :
o Penulis adalah Pengasuh Acara Open Mind With Islam di Radio
Fame 101,4 FM
o Konsult Dunia Remaja dari Syari’ah Islam Development
(Syahid) Institute Bandung
o Phone contact : 0813-6774-7084
Tidak ada komentar:
Posting Komentar